Mengungkap kembali sejarah Kopi Tubruk. Nggak nyangka lho
Setelah terjadi pandemi global gara-gara Covid-19 atau Virus Corona, kapan anda terakhir menikmati secangkir kopi di Café atau warung kopi favorit anda bersama kekasih, keluarga, para sahabat atau sekadar reuni kecil?
Ada banyak cara dan gaya minum kopi di dunia yang berkembang dari jaman ke jaman. Saat ini mungkin anda sedang minum cappucino atau caffe latte, bahkan ada di antara anda lebih menyukai Kopi Tubruk. Ini adalah gaya khas minum kopi Nusantara, terutama di tanah Jawa dan Bali.
Dikutip dari coffeeland.co.id Kopi tubruk adalah sajian
black coffee atau kopi hitam yang paling sederhana. Kopi tubruk ini awalnya
berasal dari daerah Pulau Bali dan Jawa. Karena perkembangan zaman dan migrasi
penduduk, metode ini pun akhirnya menyebar ke daerah lain di Nusantara. Konon kopi
tubruk adalah metode penyajian minum kopi yang paling tua. Ini masuk akal.
Menurut sejarah, metode seduh ini awalnya diperkenalkan oleh
pedagang dari timur tengah pada era kolonial. Proses pembuatan kopi ini masih
sangat tradisional dan sederhana. Tidak butuh alat seduh kopi yang mahal, yang
mungkin telah anda impor dari Italy. Ketika menikmati kopi tubruk, Anda juga
akan menikmati ampasnya.
Untuk mereka yang tidak nyaman dengan ampas, biasanya orang
Bali atau Jawa akan menggunakan lepekan. Mereka menuangkan kopi dengan
memiringkan cangkirnya ke lepengan, lalu terjadilah seruput kopi paling nikmat
dalam sejarah perkopian Indonesia.
Tentang arti Tubruk memang bisa "agak" simpang siur karena ada yang mengikuti versi "sejarah" yang menyebutkan berasal dari Bahasa Jawa yaitu bertabrakan. Dalam Bahasa Bali disebut metabrakan. Yang penting istilah Kopi Tubruk ini sudah Indonesia Banget.
Menurut versi Herr Boediman Harjanto, alumni Jerman yang sering dipanggil
dengan sebutan Pak Ato - history Kopi Tubruk dimulai ketika ada orang Belanda dan
Inggris pulang dari Timur Tengah melanjutkan perjalanan ke Eropa Utara. Mereka
mampir di sebuah desa dan orang Belanda senang dengan kopi yg diminum. Mereka
menamakan kopi yang ada ampasnya itu dengan nama Koffie van Tobruk. Gaya minum
kopi ini lalu dibawa ke Nusantara dan disebut sebagai "Kopi Tubruk"
Mereka sekaligus membawa bibit kopi dan ditanam di tanah Jawa dan berbagai
daerah lainnya di Nusantara, termasuk Bali.
Sejarah kopi tubruk ini memang menarik. Disimak dari situs coffeetalk.id konon Resep kopi tubruk dikenalkan oleh para saudagar dari Timur Tengah 400 tahun silam. Sejak itulah masyarakat Nusantara menikmati kopi dengan cara tubruk atau diseduh langsung dengan cara menyiramkan air panas yang baru satu atau dua menit mendidih, baik itu pada bubuk kopinya, kulit daging maupun buahnya. Dan selama itu pula Kopi Tubruk dianggap sudah menjadi identitas ngopi di Indonesia.
Meskipun cara menyeduh kopi semakin modern, kopi tubruk
masih manjadi favorit saat menikmati kopi, terutama di pedesaan. Bahkan cara
sederhana ini digunakan oleh seluruh dunia dalam mengidentifikasi karakter
kopi, yang disebut Cupping.
Menarik pula apa yang ditulis situs sesamecoffee.com tentang
Kopi Tubruk ini bahwa Kopi yang disajikan bersama ampas ini untuk membuatnya,
panaskan air hingga mendidih, kemudian giling biji kopi dengan grinder. Jika
anda sudah memiliki kopi dalam bentuk bubuk, maka tidak perlu menggilingnya.
Setelah air mendidih, tunggu sebentar (sekitar 2 menit), tuang air panas ke
dalam gelas dan sajikan.
Cara membuat kopi tubruk sangat bebas dan ukuran giling biji
yang digunakan pada dasarnya sesuai selera. Banyak yang menyarankan menggunakan
coarse grind size. Namun, Sasame Coffee menyarankan ukuran giling ideal untuk
tubruk adalah fine, maksudnya giling halus. Ini tentu ideal untuk penikmat kopi
yang kurang nyaman dengan ampas yang terlalu banyak. Ada juga yang mengatakan bahwa kalau kita menyeduh kopi tubruk dengan gilingan kasar, maka aroma kopi akan terasa lebih kuat.
Nah, kopi asal daerah mana yang paling pas untuk diseduh dengan gaya Tubruk?
Jika ingin menikmati kopi unik dari tanah Gayo, yuk klik link berikut ini:
Yang penting adalah kopi bubuk yang belum dicampur dengan aroma lain, sehingga anda akan mendapatkan sensasi asli kopi. Asal kopi pastikan dari Nusantara, meskipun tidak dilarang untuk menggunakan kopi dari Ethiopia, Columbia atau Brazil.
Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar dunia yang sudah sejak lama diekspor terutama yang kelas premium. Padahal pangsa pasar kopi di Indonesia sangat besar, yang mungkin saja pasokan kopi Indonesia masih perlu impor. Benarkah begitu?
Yuk simak penjelasan lebih lanjut tentang seluk beluk kopi bersama Pak Atok, alumni Jerman yang juga merupakan seorang coffeepreneur (Enterpreneur atau pengusaha Kopi) alias sudah lama berbisnis kopi. Tayangan berikut ini cocok disimak oleh penikmat kopi sejati.
Mungkin anda terinspirasi dengan penjelasan Herr Boediman Harjanto pada tayangan di atas, sehingga anda tertarik untuk menjadi coffee reseler atau menjual kopi dengan resep paling unik secara online?
Yuk mulai bisnis kopi, mumpung banyak orang yang sedang sibuk working from home atau stay at home.
Peluang bisnis selalu ada kapan pun, bahkan di tengah kesempitan.
Comments